Nenek Obama Selamat dari Pemurtadan
Tuesday, 21 April 2009 16:04
“…. Ketika mengetahui bahwa mereka berencana membaptisku, aku menolak untuk datang,” kata Sarah.
Aksi misionaris Protestan semakin menjadi-jadi di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali terhadap kaum intelektual maupun elite, yang belakangan terabaikan lantaran selama ini mereka hanya membidik umat Islam di wilayah pelosok dan terpencil.
Sabtu (18/4), Gereja Protestan Advent Hari Ketujuh, yang ada di sebelah barat kota Kisumu, Kenya, Afrika Timur, mengundang Sarah Obama untuk hadir dalam sebuah upacara akbar di gereja tersebut, untuk mengikuti pembaptisan.
Tentu saja, nenek Obama ini terkejut dan langsung menolak undangan itu. “Ketika mengetahui bahwa mereka berencana membaptisku, aku menolak untuk datang,” kata Sarah.
Menurut Said Obama, saudara tiri Presiden Obama, Pastor Gereja Protestan Advent Hari Ketujuh selalu datang ke rumah Sarah di Kogelo, untuk melakukan pendekatan kepadanya dan mengajaknya memeluk Protestan.
Upaya pemurtadan yang dilakukan terhadap Sarah oleh Gereja Advent Hari Ketujuh itu menuai reaksi keras umat Islam di negara berpenduduk 32 juta jiwa itu. Bahkan Majelis Ulama dan Imam Kenya mengecam rencana pemurtadan yang dilakukan Gereja Advent Hari Ketujuh terhadap Sarah ataupun muslim lainnya.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Mantan Sekretaris Dewan Imam di Kenya, Syaikh Mohamed Khalifa, menilai, upaya yang dilakukan pihak gereja itu merupakan bentuk provokasi, yang telah memancing kegusaran umat Islam Kenya. Pemerintah harus mengambil tindakan tegas.
“Saya menyesalkan upaya yang dilakukan pihak gereja terhadap Mama Sarah untuk berpindah agama. Dan kami tidak akan tinggal diam, kami akan melindungi umat dan agama kami,” kata Syaikh Khalifa.
Keluarga ayah Presiden Obama di Kenya memang beragama Islam. Tak mengherankan jika sekitar 11 persen rakyat Amerika Serikat masih berpersepsi bahwa presiden yang benama lengkap Barack Husein Obama itu seorang muslim.
:D Wanna read more ? Keep reading ......
Nasihat Kematian dari Umar bin Abdul Aziz r.a ~
Suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz R.A mengiringi jenazah. Ketika semuanya telah bubar, Umar dan beberapa sahabatnya tidak beranjak dari kubur jenazah tadi. Beberapa sahabatnya bertanya, “wahai Amirul Mukminin, ini adalah jenazah yang engkau menjadi walinya. Engkau menungguinya disini lalu akan meninggalkannya“.
Umar berkata, “Ya. Sesungguhnya kuburan ini memanggilku dari belakang. Maukah kalian kuberitahu apa yang ia katakan kepadaku?“.
Mereka menjawab, “Tentu”.
Umar berkata, “Kuburan ini memanggilku dan berkata, ‘Wahai Umar bin Abdul Aziz, maukah kuberitahu apa yang akan kuperbuat dengan orang yang kau cintai ini?‘, “Tentu“, jawabku.
Kuburan itu berkata, “Aku bakar kafannya, kurobek badannya dan kusedot darahnya serta kukunyah dagingnya. Maukah kau kuberitahu apa yang kuperbuat dengan anggota badannya?“.
“Tentu“, jawabku.
“Aku cabut (satu per satu dari) telapak ke tangannya, lalu dari tangannya ke lengan dan dari lengan menuju pundak. Lalu kucabut pula lutut dari pahanya. Dan paha dari lututnya. Ku cabut pula lutut itu dari betis. Dan dari betis menuju telapak kakinya“.
Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis dan berkata,
Ketahuilah, umur dunia hanya sedikit. Kemuliaan didalamnya adalah kehinaan. Pemudanya akan menjadi renta, dan yang hidup didalamnya akan mati. Celakalah yang tertipu olehnya.
Janganlah kau tertipu oleh dunia. Orang yang tertipu adalah yang tertipu oleh dunia. Dimanakah penduduk yang membangun suatu kota, membelah sungai-sungainya dan menghiasinya dengan pepohonan, lalu tinggal di dalamnya dalam jangka waktu sangat pendek. Mereka tertipu, menggunakan kesehatan yang dimiliki untuk berbuat maksiat.
Demi Allah, di dunia mereka dicengkeram oleh hartanya, tak boleh begini dan begitu, dan banyak orang yang dengki kepadanya. Apa yang diperbuat oleh tanah dan kerikil kuburan terhadap tubuhnya? Apa pula yang diperbuat binatang-binatang tanah terhadap tulang dan anggota tubuhnya?
Dulu, di dunia mereka berada di tengah-tengah keluarga yang mengelilinginya. Diatas kasur yang empuk dan pembantu yang setia. Keluarga yang memuliakan dan kekasih yang menyertainya. Tetapi ketika semuanya berlalu dan maut datang memanggil, lihatlah betapa dekat kuburan dengan tempat tinggalnya. Tanyakan kepada orang kaya, apa yang tersisa dari kekayaannya? Tanyakan pula kepada orang fakir, apa yang tersisa dari kefakirannya?
Tanyalah mereka tentang lisan, yang sebelumnya mereka gunakan berbicara. Juga tentang mata yang mereka gunakan melihat hal-hal yang menyenangkan. Tanyakan tentang kulit yang lembut dan wajah yang menawan serta tubuh yang indah, apa yang dilakukan cacing tanah terhadap itu semua? Warnanya pudar, dagingnya dikunyah-kunyah, wajahnya terlumuri tanah. Hilanglah keindahannya. Tulang meremuk, badan membusuk dan dagingnya pun tercabik-cabik.
Dimanakah para punggawa dan budak-budak? Dimana kawan, dimana simpanan harta benda? Demi Allah, mereka tidak membekali si mayit dengan kasur, bahkan tongkat untuk bertopang sekalipun. Dahulu dirumah mereka merasakan kenikmatan. Kini ia tenggelam dibawah benaman tanah. Bukankah kini mereka tinggal ditempat yang lusuh dan menjijikan? Bukankah sama saja bagi mereka; siang dan malam? Bukankah sekarang mereka tenggelam dalam pekatnya kegelapan? Tak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang tercinta.
Berapa banyak orang yang dulunya mulia, kini wajahnya hancur. anggota badannya tercerai berai. Mulut mereka belepotan dengan darah dan nanah. Binatang-binatang tanah mengerubuti jasad mereka, sehingga satu per satu anggota tubuh terlepas. Hingga akhirnya tak tersisa, kecuali hanya sebagian kecil saja. Mereka telah meninggalkan istananya. Berpindah dari tempat lapang ke lubang yang sempit. Sesudah itu, istri-istri mereka dinikahi orang lain. Anak-anaknya pun berkeliaran dijalan. Harta bendanya dibagi-bagi oleh ahli warisnya.
Diantara mereka, ada pula yang dilapangkan kuburnya. Diberi kenikmatan dan bersenang-senang dengannya didalam kubur. Tetapi ada pula yang di adzab dalam sempitnya lubang kubur. Menyesali apa yang telah mereka kerjakan.
Umar lalu menangis dan berkata, “Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari, bagaimana dunia bisa menipumu? Dimana kafanmu? Dimana minyak (wewangian untuk orang mati)mu dan dimana dupamu? Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi. Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku? Celakalah aku, dalam keadaan bagaimana aku kelak bertemu dengan malaikat maut, saat ruhku meninggalkan dunia? Keputusan apakah yang akan diturunkan oleh Rabbku?“.
Ia menangis dan terus menangis, lalu pergi . Tak lebih dari satu pekan setelah itu, ia meninggal. Semoga Beliau dirahmati Allah .
No comments :
Post a Comment